Sunday, July 31, 2005

Kisah Lara

Kusapu wajah langit perlahan
Kuhitung bintang entah sudah jadi berapa buah
Tertidurnya rembulan dalam belaian angin surga
Seiring menari penaku


Detak jam di kamarku terdengar jelas
Pujanggapun mulai membacakan syair-syairnya
Lama kutertegun tanpa kata
Hanya desah atau sesekali anggukan tanda mengerti
Kugerak-gerakkan jemariku diatas kepala
Menari sayup terdengar gamelan


Layar tlah dibuka
Dimulainya kisah lara dari sudut layar yang terkubur
Nurani diam bagai cacing kepanasan
Dipojok dduk manis beberapa sinden suara merdu
nyanyikan lagu nestapa
Lama terdiam hayati cerita lara digaris tanganku
Cucuran air mata bermuara dikolam nestapa
Terlena dalam timangan duka
Dalam dekapan mesra kabut lara


Lama kumerenung….
Makin kusulut api panas dalam luka yang entah sembuh
entah tidak
Lama kutertegun…..
Masih kusadar lukaku masih meneteskan nanah
Apa bisa ramuan sesedikit itu menyembuhkan luka yang
masih bernanah
Jijik kumelihat luka ini
Lama kuhayati arti dari suara merdu sinden
Sesekali kulihat lukaku yang masih bernanah
Seorang ibu tua sodorkan ramuan yang tlah dihaluskan
dengan cobek


Coba minum beberapa pil ini,
Coba tetesi dengan obat tetes ini….
Ah…. Bercak nanah itu tak mungkin mengering…. Tak
mungkin
Apa aku yang buat nanah ini makin menderas
Segera kusingkirkan lalat-lalat yang mengerubungi diri
Obati luka ini….Kuyakin nanah ini dengan ramuan dari
ibu tua itu
Atau dengan beberapa buah pil…. Atau justru dengan
obat tetes itu….
Pasti sembuh ya….. pasti sembuh…. Kuyakin


Kuingin sinden itu mengubah tembang-tembang laranya
Jadi tembang suka dan merindu kasih
Bersama mengeringnya nanah di lukaku
Meski bekas luka tak pernah hilang
Kuingin usir kisah lara ini
Ingin tutup semua layar duka
Akhiri kisah lara….
Sudahi saja


*sent by dhani*

0 Comments:

Post a Comment

<< Home