Sunday, July 31, 2005

Lantai Dansa Cinderella

Kucoba rebahkan diriku bersama turunnya peri-peri malam
Kucoba hilangkan semua kekesalan dan kelelahanku
Tak jua kunjung bisa
Kuingin malam ini dewa mimpi meniupkan sulingnya ditelingaku hingga memerah
Kucoba terhanyut dalam dekapan sang rembulan
Sesaat datang seorang wanita setengah baya mengajak kupergi
Tanpa kutahu siapa dia
Kuikuti kemana dia membawaku
Tanpa kusadar aku telah berada di sebuah pintu gerbang yang ditutupi sejuta bunga liar
Kubuka perlahan, deritan pintunya membuat nyeri daun telingaku
Mulai kususuri halaman yang nampak begitu tua dan usang
Sebuah pintu lagi berdiri didepanku sekali lagi daun telingaku terasa nyeri
Wouw....
Seperti berada di sebuah negeri dongeng atau rumah
seorang bintang Hollywood
Tapi sayang.... puri yang indah itu nampak tak terawat
Dengan ragu dan rasa takut kucoba beranikan diri memasukinya
Cat-cat merah muda yang menghiasi dinding-dinding
masih memancarkan sinarnya
walaupun sepertinya puri itu sudah ditinggalkan
puluhan tahun
Namun bangunannya begitu mewah dan megah
Tampak sebuah tempat tidur mungil yang indah dihiasi
lampu merah muda
dengan kelambu merah muda
aku dikejutkan oleh sebuah gaun malam yang begitu
indah
Tapi sayang gaun itu terlalu besar untuk kupakai
ditubuhku yang mungil
Tapi entah nurani dari mana yang memaksaku untuk
memakai gaun itu
Terkejut aku ....
Gaun itu begitu pas dan cocok kucapai
bak seorang putri dari kerajaan inggris aku mengaca
pada sebuah kaca yang berukuran
sebesar tubuhku yang dihiasi oleh ukiran yang mahal
yang sepertinya gajiku satu bulan
belum cukup untuk membelinya
Seolah dewi Aphrodite tersenyum padaku
Aku menari-nari kuikuti lantunan musik dansa yang
terdengar di telingaku tanpa pernah kutahu siapa yang
memutarnya
Serasa terlempar ke negeri lain dimana tubuh-tubuh
mungil dengan membawa tongkat bintang dan diatas
kepala dihiasi lingkaran putih mengelilingiku
Aku kembali menari-nari tanpa perduli akan
sekelilingku
Terdengar suara merdu nan sopan
Kulihat pakainnya bak seorang pangeran
pedangnyapun masih berada diballik punggungnya yang
bidang
bajunya yang serba merah muda itu mampu membuatku
tertawa dalam hati
namun kutahan tawaku karena
Tangannya mulai diayunkannya kebawah lalu kesamping
seolah mengajakku memulai berdansa
Seolah dipanah oleh dewa amor aku pun mulai
memberanikan diri berada lebih dekat dengannnya dengan
seseorang yang tak kukenal dan
Dengan sedikit canggung kumulai berdansa padahal
sebelumnya aku tak pernah berdansa
Kuikuti saja alunan musik itu
Tanpa kusadar aku dibangunkan oleh lautan yang
melahirkan surya di ufuk tidur
Aku cuma bermimpi......

*sent by dhani*

0 Comments:

Post a Comment

<< Home